Kamil AF Birth Story

Bismillaahirrahmaanirrahiim..

Setelah menulis tentang perjalanan kehamilan dari awal sampai menjelang akhir disini dan disini, saya mau bercerita seputar hari besar yang dinanti-nanti selama 39 minggu dan 3 hari.

Jumat, 9 Oktober 2020

Di sesi kontrol terakhir ke Bu Dokter hari Rabu lalu, saya dihimbau untuk segera melakukan tes PCR swab kembali sebelum tanggal 14 Oktober, padahal HPL saya 15 Oktober 2020.. heuhuehueu.. buat yang udah pernah merasakan tes PCR swab pasti tau rasanya gimana.. sebentar sih, tapi.. PEDES! rasanya kayak makan satu sendok penuh wasabi. Jadi daripada tes ulang saya coba berbagai macam induksi alami sebagai ikhtiar (semoga aja sebelum tanggal 14 Oktober adek bayi udah lahir), salahsatunya adalah akupuntur sama shinse di hari Jumat pagi. Hari itu saya udah gak bisa nyetir sendiri ke pondok labu, karena sudah mulai sering mengalami braxton hicks. Beruntung pak suami agak lowong, sekalian deh belanja buat keperluan bersalin. Oh iya, jika berencana untuk bersalin di BWCC, yang perlu dibawa adalah:

  1. Baju Ibu (saya bawa daster 2, baju pulang 1, jilbab 2) - bawa yg busui friendly yaa
  2. Baju bayi (saya bawa 2 sleepsuit, 1 atasan, 5 bedong)
  3. Topi bayi (saya bawa 2, kepake 1 buat IMD dan 1 buat pulang)
  4. Pospak
  5. Pembalut nifas
  6. Korset velcro (usahakan yang velcro yaa karena ini akan dipakaikan langsung di ruang bersalin 2 jam setelah melahirkan)
  7. Pakaian dalam (nursing bra jangan lupa yaa) dan alat mandi
  8. Baju ayah (pleus alat sholat seperti sajadah dan sarung)
  9. Handuk (saya bawa handuk besar untuk mandi, 2 handuk kecil untuk mengeringkan rambut, dan dipakai selama persalinan untuk lap keringat)
  10. Kaos kaki 2 pasang
  11. Tumbler untuk minum dan kurma.

Sabtu, 10 Oktober 2020

Saya terbangun pukul 3 dini hari karena merasakan kontraksi yang lumayan intens dan membuat saya tidak bisa tidur lagi sampai pagi. Tetapi karena jaraknya masih 10-15 menit sekali, saya masih beraktivitas seperti biasa. Bahkan pak suami masih saya persilahkan untuk pergi bekerja ke workshop . Siang menuju sore kontraksipun makin terasa walaupun belum 5 menit sekali. Flek dan lendir darahpun sudah mulai keluar. Saya kemudian menghubungi Bidan Ika untuk mengecek keadaan saya. Tensi bagus, detak jantung janin bagus, sudah ada bukaan 1 tetapi janin masih tinggi. Saya dianjurkan untuk tetap beraktivitas seperti biasa dan mengkonsumsi nanas untuk melunakkan mulut rahim.

Karena agak lelah, malamnya saya pergi tidur lebih cepat, sekitar jam 8 malam. Dan kembali terbangun jam 11 malam karena merasakan kontraksi yang kuat. Saya meminta bantuan pak suami untuk mencatat interval datangnya kontraksi. Ternyata sudah 5 menit sekali! Baiklah bismillah, mari bersiap.

Minggu, 11 Oktober 2020

Sejak merasakan kontraksi yang kuat dan rutin saya mulai bersiap ke klinik. Namun ketika saya hubungi, kamar perawatan di klinik sedang penuh. Adapun kamar yang tersedia adalah sharing room. Sayapun menghubungi Bidan Ika, dan bersiap untuk menitipkan Kian di rumah Eyang nya di Pamulang. 

Jam 04.00 WIB

Bidan Ika datang dan kembali mengecek kondisi saya. tekanan darah bagus, detak jantung janin bagus, pembukaan 2 dan mulut rahim sudah lunak, posisi janin sudah turun dan ketuban masih utuh. Sayapun akhirnya menghubungi Bu Dokter dan Bidan Ikapun menginformasikan kondisi medis saya kepada beliau. Sambil menunggu respon, Bidan Ika melakukan pijat oksitosin di punggung dan tangan saya. Setelah dipijat kok ngantuk banget yaaa.. hehehe.. akhirnya saya minta izin untuk tidur sebentar sambil menikmati kontraksi. Alhamdulillah jam 7 pagi sudah dapat respon, Saya dihimbau untuk segera ke klinik. Sayapun mandi, sarapan kurma, dan berangkat bertiga ke klinik.

Jam 08.00 WIB

Setibanya di klinik, saya diantar ke ruang tindakan untuk CTG, cek pembukaan, dan pengambilan darah. "Bu sudah bukaan 3 ya, silahkan ke ruang perawatan sambil menunggu rekomendasi dokter atas hasil CTG.", ujar Bu Bidan. Karena kondisi klinik masih penuh akhirnya saya kebagian sharing room di lantai 2. Bidan Ika kemudian kembali menawarkan untuk pijat oksitosin dan saya mengiyakan. Dan kembali, saya ngantuuuuuk banget setelah dipijat, antara efek relaksasi dari hormon oksitosin, juga ya karena emang belum tidur ajaa dari semalem hehehe.. sayapun kembali berbaring ke kiri sambil peluk peanut ball. Campur aduk emang rasanya, ngantuk banget iya trus tapi pas kontraksi ya kebangun karena harus atur nafas. SEGITU PENTINGNYA atur nafas dari perut, selain untuk memperlancar proses persalinan, juga bisa mengurangi rasa nyeri kontraksi. 

Jam 12.00 WIB

Saya udah gak bisa tidur lagi. Udah gak bisa makan padahal disuapin juga. Cuma bisa minum dan kunyah kurma. Udah mulai bolak balik kamar mandi karena merasa ada yg menekan area panggul bawah. Tiap kontraksi datang, tubuh saya yang ambil alih. Saya hanya ngikutin aja sambil atur nafas. Kadang saya ambil posisi berjongkok sambil jinjit, kadang saya ambil posisi bersandar kayak wall seat, dan ketika kontraksi makin rapat saya hanya bisa atur nafas dan ambil posisi table top ataupun knee chest.

Jam 14.30 WIB

Bidan Ika selalu mencatat ketika kontraksi datang dan memandu saya untuk mengatur nafas. Sayapun heran kenapa yang tadinya saya hanya atur nafas 1-6 hitungan selesai kontraksi, ini sudah 10-12 hitungan kontraksinya masih ada. Bidan Ika pun menghampiri nurse station  di lantai dasar, dan meminta untuk cek pembukaan. Setelah dicek kok saya gak dikasihtau bukaan berapa, langsung disuruh kebawah (yang belakangan saya tau itu ternyata udah bukaan lengkap! hahaha duh untung gak brojol di tangga) dan bersiap ke ruang bersalin. Saya dituntun menuruni tangga, karena aduhai di tanggapun saya mengalami kontraksi sampai harus knee chest di tengah-tengah sambil atur nafas (ditambah bonus mengerang karena menahan hasrat mengejan, dan ya keluar aja gitu suaranya hahaha). Beruntung area itu sedang sepi hahaha jadi gak malu malu amat. Bu Dokternya dimana? "Sudah standby, sedang kita hubungi untuk kesini. Sebentar kok, rumah beliau dekat.", ujar Bu Bidan. 

Masuk ruang bersalin saya diganti bajunya dan diatur posisi bersalinnya. Saya masih mencoba posisi setengah duduk karena belum mencoba mengejan. Sambil menunggu Bu Dokter para bidan tak hentinya mengingatkan saya untuk berdzikir, dan saya ucapkan doa ini berkali-kali, karena persalinan sudah semakin dekat:


بِسْمِ اللهِ الَّذِىْ لاَيَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْئٌ فِى اْلاَرِضِ وَلاَ فِى السَّمَآءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ


Artinya “Dengan menyebut nama Allah yang bersama nama-Nya sesuatu itu tidak berbahaya di bumi dan di langit. Dan Dia Maha Mendengar lagi Mengetahui.”

Tak lama Bu Dokterpun tiba dan mulai memandu saya untuk mengejan. Beliau mengarahkan saya agar mengambil posisi berbaring ke kiri, dengan tangan kanan mengangkat kaki kanan ketika mengejan.  Jujur yang saya ingat hanyalah saya masih mencoba mengejan ketika adzan ashar berkumandang. Di sela-sela kontraksipun akhirnya saya mencoba mencari pengalihan dengan mengajak ngobrol Bu Dokter seputar sepeda. Biar gak stress hahaha maklum pengalaman pertama jadi masih banyak error nya. Bu Dokterpun menyemangati saya dan menawarkan saya untuk memegang kepala janin yang sudah crowning di jalan lahir. Rasanya ajaib! energy level charged up to 100% setelah saya meraba kepalanya yang lunak maasya Alloh. Alhamdulillah setelah beberapa kali percobaan mengejan, mengerang, dan melepaskan seluruh energi yang dimiliki, 14.53 WIB lahirlah Kamil Andrabinangkit Farad ke dunia, dan langsung IMD selama 2 jam :)

Birth team Ki-Ka : Bidan Ika, Dr. Riyana, pak suami, Bd. Winda, Bd. Nindy


Inisiasi Menyusui Dini dan Delayed Cord Clamping, kado pertama untuk jiwa yang baru terlahir

Pengalaman IMD ini juga maasyaAlloh luarbiasa. Walaupun Kamil adalah anak kedua, tetapi karena Kian dulu terlahir secara SC jadi IMD hanya dilakukan beberapa menit saja di ruang operasi. Itupun dulu saya tidak ditemani pak suami karena prosedur cito SC di RS tidak memperbolehkan pendamping masuk ruangan operasi. Sungguh ciptaan Alloh SWT luarbiasa, keluar dari jalan lahir langsung membuka mata, langsung merangkak sedikit-sedikit mencari puting susu ibunya, ke kiri, ke kanan.. dan langsung belajar menyusu! ahhh betul-betul priceless rasanya.

Morning after birth. Siap pulang ke rumah!


Alhamdulillah sungguh ditengah banyaknya ketidakpastian yang sedang terjadi di dunia yang sedang dilanda pandemi ini, rezeki dari Alloh SWT adalah sebuah kepastian yang harus kita imani, dan saya sangat bersyukur atas semuanya. Persalinan yang sangat minim intervensi (tangan tidak diinfus, bahkan perineum saya tidak dijahit karena memang tidak robek, hanya lecet), tempat bersalin yang homey (ini penting banget karena saya trauma 2x lahiran di RS haha), dan tentunya birth team (Dokter, para bidan BWCC, pak suami, dan Bidan Ika) yang sangat kooperatif selama persalinan.

Semua tidak akan terjadi melainkan atas izin Alloh SWT. Laa haula wa laa quwwata illaa billah.

Comments

Popular posts from this blog

Day 6 - Thiwul dari Kebun Pak Ujang

Day 8 - Penyelamat Belanja di saat Baru Melahirkan

Day 4 - Keluarga Bapak Syauqi