Day 1 - Pelaut Sejati : Nenek Moyang! Bukan Kakek!


Sebelum pulang, di belakang Petroleum Superior barge 

“Nenek moyangku seorang pelaut
Gemar mengarung luas samudra
Menerjang ombak, tiada takut
Menempuh badai, sudah biasa”

Pagi itu cuaca mendung, seperti cuaca pagi di hari-hari sebelumnya. Maklum, sudah memasuki bulan Novem-BER. Dulu kata bu guru, kalau sudah masuk bulan yang ada “-BER-BER” nya berarti sudah masuk musim hujan, karena “brrrrrrr” hujan akan sering turun dengan lebat dan angin bertiup dengan kencang. Pagi itu adalah jadwal Capt. Dina, seorang kapten kapal di teluk Jakarta untuk membawa kapal pengangkut penumpang secara rutin. Dari teluk Jakarta ke perairan lepas pantai jauh di utara sana. Capt. Dina bertugas mengantar para pekerja lepas pantai ke lokasi kerja nya masing-masing. Kalau dilihat dari peta, lokasi tersebut dekat dengan Kepulauan Bangka Belitung.

“Brrrmmmmmm...wussssshhhh” suara kapal mulai meraung, melepas kepergian para pekerja yang sudah duduk di kursi penumpang. Capt. Dina mengawali perjalanan tersebut dengan memberikan pengumuman seputar rencana perjalanan, kira-kira akan ditempuh selama 5-6 jam. Penumpang pun sudah bersiap-siap dengan membawa jaket, kaos kaki, topi kupluk, dan juga bantal leher.. karena perjalanan akan lama dan suhu ruangan kapal akan terasa sangat dingin.

Angin berhembus sangat kencang. Arus laut tinggi sekali, sekitar 2 meter. Kapal bergoyang ke kanan dan kiri dengan hentakan yang keras.

Tiba-tiba, kapal berhenti. Penumpang mulai terbangun. 

“Ada apa ini?”

Pertanyaan ini dijawab dengan bunyi alarm yang menderu.

“Beep.. beep.. beep.. beeee~~~p”

“Perhatian, perhatian, saat ini kapal sedang mengalami situasi darurat. Mohon penumpang berkumpul di tempat berkumpul dan menggunakan pelampung yang tersedia di bawah kursi masing-masing.”
Para penumpangpun segera bersiap mengambil pelampung dan berkumpul di luar. Banyak yang panik, marah, kesal,dan takut. Mereka bertanya-tanya apa yang terjadi sebenarnya. 


Semua berkumpul di Muster Station

Di ruang kabin, Capt. Dina ternyata sedang sibuk. Salah satu mesin kapal penumpang mengalami kerusakan dan menyebabkan kapal berhenti. Setelah dilakukan inspeksi, ternyata kerusakan ini tidak bisa langsung diatasi. Kapal harus dibawa kembali ke Jakarta untuk diperbaiki. 

Tapi Capt. Dina tidak kehabisan akal. Ia tetap fokus untuk mengantarkan para penumpang sampai ke tujuan. Ia pantang menyerah dan pantang mundur. Ia harus tetap tenang dalam mengambil keputusan. 

“Laa haula wa laa quwwata illa billaahil ‘aliyil adzim” 

Ia lalu menghubungi pusat komando terdekat untuk menanyakan ketersediaan kapal cadangan. 

Alhamdulillah, di pelabuhan terdekat, ada kapal cadangan yang bisa mengangkut seluruh penumpang ke lokasi tujuan dengan selamat. 

Akhirnya, Capt. Dina kembali memberikan pengumuman kepada seluruh penumpang. 

“Para penumpang yang terhormat, atas nama kru kapal yang bertugas kami ingin menyampaikan bahwa kapal mengalami kerusakan mesin. Kapal masih dapat bergerak dengan satu mesin, dan kecepatan yang sangat lambat. Perjalanan akan tertunda 1-2 jam sampai ke pelabuhan terdekat.” 

Penumpang pun mulai berseru kecewa. 

“Huuuuuuu~~” 

Tapi, Capt. Dina sangat profesional. Ia tetap tenang dalam menghadapi situasi yang sulit. Ia lantas menjalankan 
kapal pelan-pelan, agar kapal tetap dapat berlayar dengan selamat. Setelah situasi di ruang kabin dapat dikembalikan, Capt. Dina turun ke ruang duduk penumpang untuk menyampaikan permohonan maaf secara tulus, dan mencoba mencairkan suasana yang sempat tegang. 

Penumpang tidak pernah menghendaki mesin kapal rusak. Begitupun Capt. Dina tidak pernah menghendaki kejadian ini ada. Tapi Alloh SWT tidak pernah memberikan sebuah kejadian tanpa hikmah. Capt. Dina memang harus serera mengakhiri perjalanannya, karena ketika sampai di pelabuhan, cuaca makin memburuk. 


Penumpangpun diungsikan di pelabuhan dan menunggu kondisi aman kembali. Bayangkan jika Capt. Dina tetap memaksakan kehendak untuk berlayar.. puluhan nyawa penumpang yang harus dipertanggungjawabkan. 

Terkadang, kejadian yang tidak menyenangkan merupakan sebuah peringatan dari Alloh SWT agar kita tidak lupa untuk meminta kepadaNya, karena hanya Alloh lah yang menjamin keselamatan kita di darat maupun di laut.



Sunset sebagus ini cuma ada di tengah laut :)

Berangkat dari jam 7 pagi padahal. Jam 19 masih di jalan :)

Widuri-P Platform dan HYSY-902 Power Rig. Kece ya lightingnya :)

Dongeng tsb adalah penggalan dari kisah nyata saya (sebagai penumpang) dilihat dari sudut pandang kapten kapal. Kejadian tersebut saya alami ketika perjalanan dinas lepas pantai minggu lalu. Dan emang yah yang namanya kerja di laut itu harus diluruskan niatnya agar tetap semangat dan ikhlas dengan kejadian yang tak terduga. Alhamdulillah setelah 13 jam nonstop perjalanan di laut, saya tiba juga di lokasi kerja dengan selamat :)


#Tantangan10Hari 
#Level10 
#KuliahBunsayIIP 
#GrabYourImagination 

Comments

Popular posts from this blog

Day 6 - Thiwul dari Kebun Pak Ujang

Day 8 - Penyelamat Belanja di saat Baru Melahirkan

Day 4 - Keluarga Bapak Syauqi